My Flickr

Jumat, 08 Maret 2013

Coretan di Buku Catatan Heritage Camp 2013

Di mejaku, tersimpan sebuah buku dengan sampul bertuliskan Heritage Camp: Konservasi Kreatif oleh Pemuda. Di dalamnya, ada beberapa catatan yang ku tulis kemudian membuatku mengenang kembali sesi-sesi yang diisi oleh para pembicara, yang awalnya cuma beberapa di antara mereka yang saya tahu. Namun, setelah ku ikuti sesi demi sesi, barulah saya sadari betapa hebatnya para pembicara itu dan begitu luar biasa apa yang mereka sampaikan. Berikut sedikit cuplikan catatanku yang berisi kutipan dari apa yang mereka sampaikan...

Yogyakarta, 22 Februari 2013

Dr. Daud Aris Tanudirjo, dosen arkeologi FIB UGM..

Pusaka budaya atau yang lebih dikenal sebagai heritage. Istilah tersebut mulai digunakan di Indonesia mulai tahun 2003. Budaya dapat terdiri atas benda, gagasan, dan tindakan. Hasil budaya merupakan warisan Budaya, tapi tidak semua hasil budaya menjadi warisan budaya karena harus memenuhi nilai-nilai yang menjadikannya istimewa.

Pusaka merupakan benda yang memiliki nilai-nilai penting budaya atau terancam rusak dan punah. Nilai penting budaya dapat berkaitan dengan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan. Pusaka terdiri atas pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana.

 *pusaka saujana, ini yang menurut saya baru dan luar biasa..*

Pelestarian budaya memiliki sasaran atas nilai budaya di masa lampau, masa kini, dan potensi di masa depan.
Pelestarian harus dilakukan secara kreatif: diawali dengan ide, melakukan elaborasi, dan adanya penambahan nilai guna.

23 Februari 2013

Garin Nugroho, seorang sutradara ternama..

Strategi budaya meliputi cara bertindak, berpikir, dan bereaksi..

Heritage itu memiliki nnilai-nilai kebudayaan yang erat hubungannya dengan kehidupan tapi memiliki risiko-risiko, yaitu rawan ditinggalkan..

Agar membuat film terlihat hidup, diawali dengan penelitian terhadap foto-foto, arsitektural, gaya hidup masyarakat, dan kondisi geografi zaman tertentu.

Film memiliki empat fungsi, yaitu fungsi komersial, fungsi sosial budaya, fungsi artistik, dan fungsi social responsibility. 

Film memiliki peta komersial, yaitu 
  • tingkat kerumitan pembuatan; harus dihadapi dengan sebandingnya tingkat pemecahan masalah oleh pembuat film.
  • Risiko yang muncul; pembuat film harus menyadari bahwa tidak ada kebebasan penuh dalam membuat film.
  • Kondisi realitas, baik itu dalam penciptaan film ataupun dana yang dibutuhkan.
  • Momen kreasi vs momen apresiasi.
Pertanyaanku pada mas Garin Nugroho: Apa alasan yang melatarbelakangi mas Garin Nugroho dalam membuat film?
"insting dan ada sesuatu yang ingin didialogkan dengan masyarat luas."

Djaduk Ferianto, seniman ternama..

Manusia bagian dari tradisi, tradisi tidak pernah mati, dan tradisi merupakan bagian dari kehidupan.

Jika terdapat penambahan dan perubahan pada musik tradisional, hal tersebut bukan berarti merusak tradisi. Namun, merupakan suatu cara untuk memperkenalkan suatu budaya yang caranya bisa dinamis.

Ada orang yang melestarikan, ada yang merawat, dan ada yang mengembangkan tradisi.

Perubahan bisa berarti berkembang dan tumbuh. Perubahan (pada budaya atau musik tradisional) yang umumnya dilakukan oleh pemuda tidak semuanya buruk karena dapat berupa penambahan nilai-nilai budaya.

Bagi kami (para seniman), tidak ada definisi tertentu untuk tradisi, karena tradisi sudah melebur pada diri kami.

Benda budaya atau alat musik tradisional itu bisa berkembang, tetapi juga bisa hilang. Maka dari itu, yang lebih penting adalah manusianya yang memiliki knowledge, soul, experience tentang cara bermain musik yang khas.
Heritage bukan cuma terkait dengan benda, tetapi juga berkaita dengan manusia dan pola pikir yang dimilikinya. Heritage harus diperhatikan dan diberi ruang dalam kehidupan.

Kreativitas merupakan cara melihat dari sisi yang lain, sudut pandang yang lain. Dalam kreativitas, tidak ada hal yang baru, yang ada adalah cara mengolah sesuatu..

Suwarno Wisetrotomo, dosen Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, kandidat doktor di UGM.

Seni berkaitan dengan semu bidang lainnya dalam kehidupan, cara untuk membangun rasa seni
dalam diri seseorang adalah dengan memberikan apresiasi terhadap karya seni.

Mengapresiasi seni harus dimulai sejak dini dari keluarga dan pendidikan di sekolah.

nyeni merupakan sebuah gaya agar terlihat ada unsur seninya.

seniman merupakan suatu pencapaian karena seseorang bergulat dengan intens dan memiliki pencapaian dan reputasi dalam seni.

*saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Suwarno bahwa seni berkaitan dengan bidang lainnya. Saya mengangkat contoh kalau kita bikin tampilan aplikasi atau proses bisnis tidak ada seninya, tampilan atau proses bisnis tersebut akan dirasakan jelek atau rumit dan tidak dipakai atau ditinggalkan orang-orang. Selain itu, saya juga menyampaikan salah satu definisi kepemimpinan yang paling sering dikatakan orang, termasuk Presiden Yudhoyono, adalah "leadership is an art.... kepemimpinan adalah seni...". Lalu saya bertanya, bagaimana membangun rasa seni pada diri seseorang, terutama bagi orang-orang yang sudah tidak menempuh pendidikan di sekolah? Beliau menjawab "memberikan apresiasi terhadap karya seni". Membaca novel termasuk apresiasi seni, begitupun dengan menonton, menikmati lukisan, dan cara-cara lainnya.*

24 Februari 2013

Dr. Laretna T. Adishakti, dosen Jurusan Teknik Arsitektur UGM, pegiat pelestarian pusaka ternama..

Inisiatif berawal dari diri sendiri dan harus dilakukan walau sekecil mungkin.

disaster is catasphore..
disaster can be an opportunity..
opportunity need creativity..
creativity needs collaboration..

Semua harus kembali ke alam, termasuk zat warna yang alami..
*Beliau memperkenalkan Batik Indigo yang diproduksi home made di Imogiri. Batik Indigo mendapat pewarnaan biru alami dari daun Nila dan mengingatkan pada peribahasa karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Batik indigo sangat indah..*

Beliau juga menceritakan kenapa Kota Solo yang terpilih sebagai tempat pertemuan Euro-Asia World Heritage Cities  pada masa kepemimpinan Paka Jokowi. Alasan utama adalah kolaborasi yang kuat antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat. Selain itu, Pak Jokowi juga memperkenalkan dan menampilkan show yang berisikan bukan cuma seni tari, budaya lainnya, kuliner, tetapi juga budaya yang intangible seperti kemahiran pawang hujan dalam menghalau turunnya hujan dari awan mendung yang menutupi Kota Solo waktu itu. Percaya nggak percaya ya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ShareThis