My Flickr

Jumat, 08 Maret 2013

Coretan di Buku Catatan Heritage Camp 2013

Di mejaku, tersimpan sebuah buku dengan sampul bertuliskan Heritage Camp: Konservasi Kreatif oleh Pemuda. Di dalamnya, ada beberapa catatan yang ku tulis kemudian membuatku mengenang kembali sesi-sesi yang diisi oleh para pembicara, yang awalnya cuma beberapa di antara mereka yang saya tahu. Namun, setelah ku ikuti sesi demi sesi, barulah saya sadari betapa hebatnya para pembicara itu dan begitu luar biasa apa yang mereka sampaikan. Berikut sedikit cuplikan catatanku yang berisi kutipan dari apa yang mereka sampaikan...

Yogyakarta, 22 Februari 2013

Dr. Daud Aris Tanudirjo, dosen arkeologi FIB UGM..

Pusaka budaya atau yang lebih dikenal sebagai heritage. Istilah tersebut mulai digunakan di Indonesia mulai tahun 2003. Budaya dapat terdiri atas benda, gagasan, dan tindakan. Hasil budaya merupakan warisan Budaya, tapi tidak semua hasil budaya menjadi warisan budaya karena harus memenuhi nilai-nilai yang menjadikannya istimewa.

Pusaka merupakan benda yang memiliki nilai-nilai penting budaya atau terancam rusak dan punah. Nilai penting budaya dapat berkaitan dengan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan. Pusaka terdiri atas pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana.

 *pusaka saujana, ini yang menurut saya baru dan luar biasa..*

Pelestarian budaya memiliki sasaran atas nilai budaya di masa lampau, masa kini, dan potensi di masa depan.
Pelestarian harus dilakukan secara kreatif: diawali dengan ide, melakukan elaborasi, dan adanya penambahan nilai guna.

23 Februari 2013

Garin Nugroho, seorang sutradara ternama..

Strategi budaya meliputi cara bertindak, berpikir, dan bereaksi..

Heritage itu memiliki nnilai-nilai kebudayaan yang erat hubungannya dengan kehidupan tapi memiliki risiko-risiko, yaitu rawan ditinggalkan..

Agar membuat film terlihat hidup, diawali dengan penelitian terhadap foto-foto, arsitektural, gaya hidup masyarakat, dan kondisi geografi zaman tertentu.

Film memiliki empat fungsi, yaitu fungsi komersial, fungsi sosial budaya, fungsi artistik, dan fungsi social responsibility. 

Film memiliki peta komersial, yaitu 
  • tingkat kerumitan pembuatan; harus dihadapi dengan sebandingnya tingkat pemecahan masalah oleh pembuat film.
  • Risiko yang muncul; pembuat film harus menyadari bahwa tidak ada kebebasan penuh dalam membuat film.
  • Kondisi realitas, baik itu dalam penciptaan film ataupun dana yang dibutuhkan.
  • Momen kreasi vs momen apresiasi.
Pertanyaanku pada mas Garin Nugroho: Apa alasan yang melatarbelakangi mas Garin Nugroho dalam membuat film?
"insting dan ada sesuatu yang ingin didialogkan dengan masyarat luas."

Djaduk Ferianto, seniman ternama..

Manusia bagian dari tradisi, tradisi tidak pernah mati, dan tradisi merupakan bagian dari kehidupan.

Jika terdapat penambahan dan perubahan pada musik tradisional, hal tersebut bukan berarti merusak tradisi. Namun, merupakan suatu cara untuk memperkenalkan suatu budaya yang caranya bisa dinamis.

Ada orang yang melestarikan, ada yang merawat, dan ada yang mengembangkan tradisi.

Perubahan bisa berarti berkembang dan tumbuh. Perubahan (pada budaya atau musik tradisional) yang umumnya dilakukan oleh pemuda tidak semuanya buruk karena dapat berupa penambahan nilai-nilai budaya.

Bagi kami (para seniman), tidak ada definisi tertentu untuk tradisi, karena tradisi sudah melebur pada diri kami.

Benda budaya atau alat musik tradisional itu bisa berkembang, tetapi juga bisa hilang. Maka dari itu, yang lebih penting adalah manusianya yang memiliki knowledge, soul, experience tentang cara bermain musik yang khas.
Heritage bukan cuma terkait dengan benda, tetapi juga berkaita dengan manusia dan pola pikir yang dimilikinya. Heritage harus diperhatikan dan diberi ruang dalam kehidupan.

Kreativitas merupakan cara melihat dari sisi yang lain, sudut pandang yang lain. Dalam kreativitas, tidak ada hal yang baru, yang ada adalah cara mengolah sesuatu..

Suwarno Wisetrotomo, dosen Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, kandidat doktor di UGM.

Seni berkaitan dengan semu bidang lainnya dalam kehidupan, cara untuk membangun rasa seni
dalam diri seseorang adalah dengan memberikan apresiasi terhadap karya seni.

Mengapresiasi seni harus dimulai sejak dini dari keluarga dan pendidikan di sekolah.

nyeni merupakan sebuah gaya agar terlihat ada unsur seninya.

seniman merupakan suatu pencapaian karena seseorang bergulat dengan intens dan memiliki pencapaian dan reputasi dalam seni.

*saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Suwarno bahwa seni berkaitan dengan bidang lainnya. Saya mengangkat contoh kalau kita bikin tampilan aplikasi atau proses bisnis tidak ada seninya, tampilan atau proses bisnis tersebut akan dirasakan jelek atau rumit dan tidak dipakai atau ditinggalkan orang-orang. Selain itu, saya juga menyampaikan salah satu definisi kepemimpinan yang paling sering dikatakan orang, termasuk Presiden Yudhoyono, adalah "leadership is an art.... kepemimpinan adalah seni...". Lalu saya bertanya, bagaimana membangun rasa seni pada diri seseorang, terutama bagi orang-orang yang sudah tidak menempuh pendidikan di sekolah? Beliau menjawab "memberikan apresiasi terhadap karya seni". Membaca novel termasuk apresiasi seni, begitupun dengan menonton, menikmati lukisan, dan cara-cara lainnya.*

24 Februari 2013

Dr. Laretna T. Adishakti, dosen Jurusan Teknik Arsitektur UGM, pegiat pelestarian pusaka ternama..

Inisiatif berawal dari diri sendiri dan harus dilakukan walau sekecil mungkin.

disaster is catasphore..
disaster can be an opportunity..
opportunity need creativity..
creativity needs collaboration..

Semua harus kembali ke alam, termasuk zat warna yang alami..
*Beliau memperkenalkan Batik Indigo yang diproduksi home made di Imogiri. Batik Indigo mendapat pewarnaan biru alami dari daun Nila dan mengingatkan pada peribahasa karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Batik indigo sangat indah..*

Beliau juga menceritakan kenapa Kota Solo yang terpilih sebagai tempat pertemuan Euro-Asia World Heritage Cities  pada masa kepemimpinan Paka Jokowi. Alasan utama adalah kolaborasi yang kuat antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat. Selain itu, Pak Jokowi juga memperkenalkan dan menampilkan show yang berisikan bukan cuma seni tari, budaya lainnya, kuliner, tetapi juga budaya yang intangible seperti kemahiran pawang hujan dalam menghalau turunnya hujan dari awan mendung yang menutupi Kota Solo waktu itu. Percaya nggak percaya ya..

Kunjungan Istana Kepresidenan Yogyakarta

Ide kunjungan ke Istana Yogyakarta berawal dari email yang memberitahukan bahwa saya terpilih sebagai peserta Heritage Camp 2013 di Yogyakarta. Sebenarnya, lebih awalnya lagi itu sewaktu upgrading Pengurus HMTI 2012 ke Yogyakarta, kami melewati Istana Kepresidenan Yogykarta dan cuma foto di luar pagarnya saja. Oleh karena itu, kesempatan ke Yogyakarta di akhir bulan Februari lalu nggak disia-siakan begitu saja untuk berkunjung ke dalam Istana Kepresidenan Yogyakarta. Dan kenapa begitu ngebetnya pengen ke Istana Kepresidenan Yogyakarta? Karena saya suka dengan Istana Kepresidenan Republik Indonesia dan sejauh ini telah mengunjungi Istana Merdeka di Jakarta sebanyak dua kali sewaktu SMA dulu. Sekedar info juga, Istana Kepresidenan RI terdiri dari Istana Negara dan Istana Merdeka di Jakarta, Istana Bogor, Istana Cipanas, Gedung Agung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta, dan Istana Tampaksiring di Bali.

Untuk berkunjung ke Istana Kepresidenan Yogyakarta atau Istana Kepresidenan lainnya, Sekeretariat Negara RI telah membuat Prosedur Tetap No.01/RTK/06/2009 tentang Pelayanan Kunjungan Masyarakat ke Istana-Istana Presiden (Program Istana Untuk Rakyat). Kalo mau cari di Google, ketik aja keyword "protap kunjungan istana". 

Nah, yang harus dilakukan pertama kali adalah membuat surat izin berkunjung yang ditujukan kepada Kepala Rumah Tangga Kepresidenan u.p. Kepala Istana setempat. Dalam surat izin kunjungan, harus mencantumkan:
  • Istana yang akan dikunjungi.
  • Hari, jam, dan tanggal kunjungan.
  • Jumlah dan daftar nama peserta kunjungan.
  • alamat lengkap
  • nama, nomor telepon/handphone, dan faksimile.
Selanjutnya, surat tersebut dapat diantar langsung atau dikirimkan ke Biro Istana-istana, Rumah Tangga Kepresidenan, Tlp. (021) 23545001, ext. 7171, 7276, Faks. (021) 3442224; atau ke Istana Presiden yang dituju. Jangan lupa untuk membaca aturan-aturan lain agar kunjungan berjalan lancar, seperti pakaian yang harus dikenakan selama kunjungan

Tanggal 13 Februari 2013, saya membuat surat kunjungan untuk tanggal 26 Februari 2013 pukul 12.00 WIB yang dikirimkan lewat faksimile langsung ke Istana Kepresidenan Yogyakarta. Nomor kontak setiap istana ada dihalaman paling belakang dokumen protap kunjungan istana. Pada 15 Februari 2013 sore, pegawai Istana mengonfirmasi bahwa kunjungan saya dapat diizinkan tetapi harus merubah jam kunjungan menjadi pukul 09.00 WIB karena saya cuma berkunjung sendirian dan akan digabungkan bersama kunjungan rombongan pelajar dari Sukabumi. Oh ya, sekedar tips dari saya, untuk mempermudah penerimaan surat balasan dari istana, pada surat izin berkunjung yang kita buat, cantumkan alamat email dan minta surat balasan dapat dikirimkan ke email kita. Soalnya waktu itu, pegawai yang mengonfirmasi menanyakan ada no. faks dan karena tidak punya no faks, saya minta dikirimkan lewat email aja.

Waktu berlalu hingga pelaksanaan Heritage Camp 2013 di hari terakhir tanggal 25 Februari 2013, saya belum menerima surat balasan dari Istana Kepresidenan Yogyakarta. Walaupun waktu itu sudah dikonfirmasi, tapi rasanya nggak tenang kalau nggak nerima surat balasan, hahaha. Sampai-sampai saya persiapkan diri ya nggak apa-apa kalaupun nggak jadi kunjungan ke Istana. Tapi karena saya penasaran, saya coba menghubungi Istana Kepresidenan Yogyakarta. Pegawai Istana Yogyakarta kemudian menjawab telepon saya dengan begitu baik dan ramah, sampai pakai kata nggeh berkali-kali yang begitu khas dan unik di telinga saya. Pegawai tersebut meminta saya menunggu untuk mengecek jadwal kunjungan besok. Dan alhmadulillah, nama saya sudah tertera di daftar kunjungan esok hari. Pegawai tersebut juga meminta untuk mengirimkan alamat email agar scan surat balasan dapat dikirimkan. Tak lama setelah saya mengirimkan sms yang berisi alamat email, ada balasan dari pegawai Istana Yogyakarta yang memberitahukan bahwa scan surat balasan barusan telah dikirim ke email saya. Ternyata, usut punya usut, pada kotak masuk email saya tanggal 25 Februari, ada dua surat balasan dari Istana Yogyakarta dan saya baru mengecek email sore hari karena kegiatan Heritage Camp 2013 seharian yang padat. Satu dikirimkan pagi hari dan satu dikirimkan lagi sore hari. Surat yang dikirim pagi hari adalah surat yang saya tunggu selama hampir dua minggu dan juga hampir membuat galau, hahaha. Tahu begitu kan nggak perlu nelepon Istana Yogyakarta lagi, hahaha. Tak sabar rasanya untuk berkunjung ke Istana Kepresidenan Yogyakarta besok.

Karena kegiatan Heritage Camp 2013 telah selesai, seluruh peserta pada tanggal 26 Februari 2013 pagi di drop di dua tempat utama, yaitu Stasiun Tugu dan Bandara Adisucipto. Setibanya di Stasiun Tugu, rombongan peserta Heritage Camp 2013 terbagi-bagi, ada yang langsung pulang, ada yang mau cari penginapan, sedangkan saya dan teman saya mahasiswa Teknik Tenaga Listrik ITB 2009 (harus ditulis lengkap nih, hehehe), Sayid, pergi membeli tiket pulang ke Bandung, lalu menitipkan tas dan barang bawaan di tempat penyimpanan  di dalam stasiun. Tempat penyimpanan ini saya rekomendasikan buat para backpacker yang bawa banyak barang dan nggak mau repot nenteng barang. Biaya sewa loker sampai pukul 21.00 WIB cuma Rp20.000 dan semua barang bawaan kami yang berukuran besar muat tersimpan dalam loker tersebut. Karena terburu waktu yang hampir mendekati pukul 09.00 WIB, saya meminta izin untuk sementara berpisah dulu dari rombongan Heritage Camp 2013.

Mulailah saya menyelusuri jalan dari Stasiun Tugu menuju Istana Yogyakarta melewati Jalan Malioboro yang masih sepi dari hiruk pikuk perdagangan dengan berjalan setengah lari. Dan pukul 09.00 WIB tepat, tibalah saya di pintu gerbang posko dijaga oleh beberapa petugas. Poskonya terletak disebelah utara yang patokannya dekat dengan Mirota. Saya bertanya kepada petugas tersebut apakah ini posko pintu masuk yang tepat dan dengan ramah, petugas tersebut menjawab ya dan mempersilahkan masuk ke dalam ruang tunggu. Di dalam ruang tunggu, saya diterima oleh petugas yang berbeda tetapi sama ramahnya, kemudian mengisi buku tamu dan kemudian, yang tak disangka-sangka, diberikan surat balasan asli dengan amplop Sekretariat Negara, lalu diminta untuk menunggu pemandu. Ternyata rombongan pelajar Sukabumi telah datang lebih awal dari jam kunjungan. Mereka datang pukul 08.00 lewat sehingga saya harus menunggu tur mereka selesai terlebih dahulu. Sambil menunggu, saya membaca koran dan mengobrol dengan petugas-petugas yang ada. Sebagian dari mereka adalah tentara yang kemungkinan paspampres. Terlihat dari tampilan yang khas gaya rambut tentara, baju safari berwarna hitam, dan pastinya nametag yang dikenakan.

Hampir mendekati pukul 10.00 WIB, saya dipersilakan melakukan kunjungan karena pemandu telah selesai mengantar rombongan pelajar dari Sukabumi. Setelah bertemu dengan pemandu, saya menyadari bahwa peserta kunjungan pada sesi itu hanya saya sendiri dan pemandu benar-benar cuma mengantar satu orang.  Biarpun sepi menelusuri istana yang memang sudah sepi, bagusnya saya bisa konsentrasi mendengar penjelasan dan menanyakan apapun secara langsung. Serasa yang punya istana, hahaha. Kunjungan dimulai dengan perkenalan diri, obrolan singkat, dan pemberitahuan tentang ketentuan seperti tidak boleh mengambil gambar di ruang tertentu dan baru boleh mengambil gambar bila ada aba-aba dari pemandu. Pemandu tur kunjungan Istana Yogyakarta itu adalah Bapak Banu Setiawan, beliau merupakan protokoler Istana Yogyakarta. Ternyata, Pak Banu adalah petugas yang kemarin sore membalas SMS bahwa surat balasan sudah dikirim ke email saya. Pak Banu juga sempat cerita bahwa petugas di Istana Kepresidenan Yogyakarta sempat kaget waktu menerima surat izin kunjungan saya, mereka kira saya ini Fadel Muhammad yang mantan menteri perikanan dan kelautan. Saya cuma ketawa aja sambil bilang dalam hati amin Ya Allah jadi menteri.


Gedung Induk Istana kepresidenan Yogyakarta



Bangunan Depan di sekitar lapangan upacara.
Terdapat beberapa arca di depannya.


Tugu Patung Lilin Dagoba
 Tempat pertama adalah melewati jalan dari ruang tunggu ke gedung induk utama Istana Kepresidenan Yogyakarta. Di sana, saya melewati Wisma Negara dan Wisma Idraphrasta, lapangan upacara yang terdapat patung Dwarapala dan Tugu Lilin Dagoba. Berdasarkan informasi yang diberikan pemandu, Istana Kepresidenan Yogyakarta merupakan istana kepresidenan yang paling sempit dengan luas lahan hanya 42.899 meter persegi. Dulu, Istana Kepresidenan Yogyakarta merupakan kediaman resmi Residen ke-18 di Yogyakarta dan didirikan pada Mei 1984. Pada 10 Juni 1867, terjadi dua kali gempa bumi di Yogyakarta yang menyebabkan kediaman resmi residen Belanda itu runtuh. Kemudian, didirikan bangunan baru yang rampung pada 1869. Bangunan tersebut kini merupakan bangunan induk Istana Kepresidenan Yogyakarta. 

Akhirnya tibalah kami di gedung induk Istana Kepresidenan Yogyakarta. Di lingkungan gedung induk, saya tidak diperbolehkan mengambil gambar. Suasana gedung induk Istana Yogyakarta yang dirasakan dan terlihat adalah elegan, mewah, tapi sederhana. Ruangan pertama yang saya lihat adalah ruang utama, yaitu Ruang Garuda. Ruang Garuda merupakan ruangan tempat presiden menerima tamu negara atau melakukan rapat kabinet. Di dalam Ruang Garuda, terdapat foto resmi Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden lengkap menggunakan tanda jasa berukuran besar dan bendera merah putih di sampingnya di belakang ruangan, lalu di samping kanan kiri ruangan terdapat foto Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden B.J. Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, dan Presiden Megawati, dan di samping ruangan dekat pintu masuk terdapat lukisan Pangeran Diponegoro, R.A. Kartini, dr. Wahidin Soedirohusodo, dan Tengku Cik Di Tiro.Di tengah ruangan berjejer kursi-kursi berwarna coklat yang biasa digunakan untuk kegiatan kenegaraan dan seluruh ruangan dilapisi karpet berwarna merah. Di atas ruangan juga terdapat 2 buah lampu kristal berukuran besar.

Dari serambi gedung induk, di sisi kanan gedung, terdapat Ruang Diponegoro, Ruang Diponegoro biasanya digunakan presiden untuk melakukan pembicaraan empat mata. Di dalam Ruang Diponegoro, terdapat lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh di sebelah kiri ruangan. Bagi saya lukisan ini sangat luar biasa dan ini kedua kalinya saya melihat lukisan tersebut. Pertama kali saya melihat lukisan tersebut saat kunjungan ke Istana Merdeka tahun 2009. Di sisi kanan ruangan terdapat lukisan Pangeran Diponegoro karya Basuki Abdullah tahun 1951.


Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh Tahun 1857
Di sisi kanan gedung induk, terdapat Ruang Soedirman. Terdapat lukisan Panglima Besar Soedirman di sisi ruangan. Ruang ini memiliki sejarah tersendiri karena dulu saat hendak berangkat perang gerilya melawan Belanda, Panglima Besar Soedirman mohon diri kepada Presiden Soekarno di ruangan ini. 

Selanjutnya, saya melewati selasar di sebelah utara gedung induk. Selasar utara dan selasar selatan masing-masing memiliki tiga buah ruangan. Ruangan di selasar selatan diperuntukkan bagi Presiden RI, sedangkan ruangan di selasar utara diperuntukan bagi Wakil Presiden RI atau tamu kenegaraan. Tiga ruangan tersebut terdiri atas ruang tidur bagi presiden/wakil presiden, ruang kerja, dan ruang tidur untuk keluarga presiden/wakil presiden.

Tepat di belakang Ruang Garuda, terdapat ruang jamuan makan. Di ruangan ini, terdapat beberapa lemari kaca yang menyimpan perabotan makan istana. Di depan ruangan ini, terdapat tiga meja bundar dengan beberapa kursi yang melingkari. Pemandu menunjukkan kepada saya posisi tempat presiden dan pejabat lainnya duduk.Meja ditengah tentu diperuntukan bagi presiden dan ibu negara serta wakil presiden dan istri wakil presiden. Bila wakil presiden tidak mengikuti jamuan makan bersama presiden, yang duduk satu  meja dengan presiden adalah menteri sekretaris negara. Meja bundar di sebelah utara diperuntukan bagi keluarga presiden dan meja bundar di sebelah selatan diperuntukkan bagi para menteri. Di depan 3 meja bundar, terdapat banyak meja yang diperuntukkan bagi peserta jamuan makan lain dan staf hingga ajudan presiden. tepat di tengah ruangan terdapat meja buffet yang membatasi tiga meja dan meja-meja tamu lainnya. Dalam penyediaan menu, makanan bisa saja disajikan langsung di meja danterdapat pelayanan yang mengambilkan dari meja buffet atau bisa saja presiden yang mengambil langsung ke meja buffet, tergantung situasi yang terjadi. Sebelum disajikan kepada presiden, makanan harus harus lolos dari sejumlah uji makanan yang dilakukan oleh tim. Tim tersebut berasal dari  Badan POM, tim dokter kepresidenan, dan tim berwenang lainnya. Makanan harus dipastikan aman bagi kesehatan Presiden. Oh ya, di ruangan ini terdapat foto keluarga besar Presiden Yudhoyono, foto Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani yang sedang duduk berdua saling berhadapan di ruang jamuan ini yang terlihat indah sekali, dan beberapa foto lainnya. Berdasarkan informasi dari pemandu, menu makanan favorit Presiden Yudhoyono di Istana Yogyakarta adalah Soto Miroso, sedangkan menu favorit Wakil Presiden Boediono Soto di Ambarbinangun (saya lupa apa nama sotonya).

Di belakang ruangan jamuan makan, terdapat ruang petunjukan kesenian. Di ruangan ini, akhirnya saya diperbolehkan mengambil gambar. Ruangan ini begitu luas terdapat panggung utama di sisi barat dan beberapa kursi terjejer rapih di sisi timur.


Suasana Ruang Pertunjukan kesenian Istana kepresidenan Yogyakarta
Keluar dari ruang pertunjukan seni ke sisi selatan saya melewati lorong menuju tempat arca-arca. Di sepanjang lorong ini terdapat banyak foto-foto yang mendokumentasikan kegiatan-kegiatan Presiden Yudhoyono. Fotonya sebagian besar bisa dilihat dan diunggah pada website http;//www.presidenri,go.id . lorong tersebut berujung pada pertigaan. di pertigaan tersebut terdapat arca-arca, yang kalau saya tidak salah, berasal dari (sekitar) Candi Borobudur. Ke sebelah barat terdapat beberapa wisma untuk rombongan staf kepresidenan dan wartawan istana, salah satunya adalah wisma Saptapratala. Diujung Barat, terdapat bangunan kolam berwarna biru karya Presiden Soekarno yang merupakan seorang insinyur.


Arca-arca di Istana Kepresidenan Yogyakarta


Wisma Saptapratala.
Bangunan biru di belakang merupakan Kolam karya Presiden Soekarno
Selanjutnya dari pertigaan tempat arca kami belok ke arah timur menuju ruang pameran. Sebelum masuk ke ruang pameran, pemandu kunjungan Pak Banu meminta saya menunggu sebentar untuk memanggil pemandu khusus ruang pameran. Sembari menunggu, saya mengambil beberapa foto ukiran kayu khas Bali yang terletak di depan pintu ruang pameran.






Pintu Masuk Ruang Pameran. Saya suka sekali dengan desain pintunya.
Setelah bertemu dengan pemandu ruang pameran, saya memasuki ruang pameran. Di dalam ruang pameran, terdapat benyak sekali karya seni lukisan karya-karya maestro seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah, Afandi, dan maestro lainnya. Terdapat juga beberapa lukisan karya presiden Soekarno seperti Lukisan Rini. Banyak sekali lukisan yang gambarnya saya lihat sewaktu sesi presentasi Bapak Suwarno Wisetrotomo di Heritage Camp 2013. Bangunan ruang pameran ini terdiri atas dua lantai. Di lantai dua, terdapat ruang dengan lukisan kepala negara dan kepala pemerintahan yang pernah berkunjung ke Istana Kepresidenan Yogyakarta, seperti Raja Thailand Bhumibol Adulyajej, Ratu Elizabeth II dan Pangeran Phillip, Paus Paulus Johannes II, dan Kaisar Akihito bersama Permaisuri Michiko. Selain lukisan, di dalam ruangan ini terdapat Globe berukuran besar hadiah dari kepala negara (kembali saya lupa pemberian siapa). Di ujung ruangan ini, terdapat lukisan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX. dan Di seberang pintu masuk ruangan lukisan kepala negara/pemerintahan, terdapat lukisan Presiden Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan dibawahnya lukisan Ibu Ani Yudhoyono, serta lukisan Ibu Mufidah Jusuf Kalla.


Lukisan Ship on Storm karya Raden Saleh
http://www.raden-saleh.org/displaypart2bahasa.html




Lukisan Fight with Lion karya Raden Saleh.
Salah satu favorit saya karena lukisannya begitu hidup
http://www.raden-saleh.org/displaypart2bahasa.html
Lukisan Laskar Rakyat Mengatur Siasat karya Afandi
PAINTINGS and STATUES from the colection of PRESIDENT SUKARNO of The Republic of INDONESIA
http://lukisandanpatung.blogspot.com/search/label/AFFANDI



Lukisan Nyi Roro Kidul karya Basoeki Abdullah
http://www.tembi.org/2012/kabaranyar/03/20120315-Nyi_Roro_Kidul_Di_Istana_Negara_Gedung_Agung_Yogya.htm

Gedung Seni Sono
Ornamen langit-langit Gedung Seni Sono


Ruang Pertunjukan Gedung Seni Sono.

Ruang Pengaturan Pertunjukan di lihat dari Ruang Pertunjukan

Panggung Pertunjukan Gedung Seni Sono


Lukisan Foto Resmi Presiden Yudhoyono
Lukisan Foto Resmi Wakil Presiden Boediono
Selesainya mengunjungi Gedung Seni Sono menjadi akhor kunjungan saya ke Istana Kepresidenan Yogyakarta. Saat berjalan di depan gedung induk Istana Kepresidenan Yogyakarta, Pak Banu memberi saya sebuah buku dan brosur yang di dalamnya terdapat penjelasan tentang Istana Kepresidenan Yogyakarta. Senang sekali rasanya menerima buku dan brosur tersebut. Bukunya dan brosurnya sangat bagus sekali. Buku dan brosur tersebut amat membantu saya dalam membuat tulisan ini. Demikianlah sedikit cerita kunjungan saya ke Istana Kepresidenan Yogyakarta. Terima kasih kepada Kepala Istana Yogyakarta yang telah mengizinkan kunjungan saya dan Pak Banu Setiawan yang telah memandu dan banyak memberikan penjelasan semalam kunjungan. Saatnya berkunjung ke Istana Kepresidenan lainnya.. :D



Sabtu, 02 Maret 2013

Hei hoo! Halooo.. :O

Halo, udah lama nggak posting di blog ini. Rasanya kaya nggak pernah punya blog. Kalau dilihat, terakhir kali posting sesuatu itu bulan November dan sekarang adalah bulan Maret, coy. Fantastis chocobanana kan? :O. Yah, nggak apa-apa, karena setelah ini, bakal banyak cerita dan foto-foto yang bakal memenuhi blog ini. So, stay tune at my blog, guys. Thank you..

ShareThis